Cara Menghitung Kredit Karbon dari Energi Terbarukan
Lainnya

Pasar energi terbarukan di Indonesia terus berkembang. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan energi - yang diperkirakan akan meningkat sebesar 80% - dan potensi besar energi terbarukan. Indonesia menempati urutan kedua secara global dalam kapasitas energi panas bumi. Pembangkit listrik tenaga air saat ini merupakan sumber energi bersih terbesar dengan pangsa 8% dalam bauran energi total negara. Sementara itu, kapasitas tenaga surya telah meningkat sebesar 800% selama dekade terakhir [2].
Pengembang energi terbarukan membantu kita untuk secara bertahap berhenti bergantung pada tenaga batu bara. Selain itu, mereka dapat mengambil keuntungan ganda dari fasilitas produksi mereka dengan menjual kredit karbon. Proyek energi terbarukan yang telah terdaftar di CarbonIDX adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Gunung Wugul oleh PT PLN Indonesia Power. Mereka memperoleh sertifikat pengurangan emisi terverifikasi untuk mengimbangi 12.932 ton CO2 [3]. Berikut cara kredit karbon dapat dihasilkan dari pembangkit energi terbarukan [1]:
1. Tentukan produksi energi
Ukur produksi energi tahunan dalam kilowatt-jam (kWh) dari pembangkit energi terbarukan. Informasi ini dapat diperoleh dari data inverter sistem, alat pemantauan, atau menggunakan estimasi berdasarkan ukuran sistem dan data spesifik geografis, seperti data insolasi matahari lokal untuk pembangkit listrik tenaga surya.
2. Tentukan faktor emisi karbon
Faktor emisi karbon mengacu pada berapa banyak CO2 (kg) yang dipancarkan untuk setiap unit aktivitas; dalam hal ini, intensitas emisi untuk 1 kWh listrik yang dihasilkan oleh jaringan listrik utama. Faktor emisi sangat bervariasi tergantung pada campuran sumber energi yang digunakan. Wilayah yang sebagian besar menggunakan batu bara akan memiliki faktor emisi yang lebih tinggi daripada wilayah dengan porsi energi terbarukan yang lebih besar. Dengan demikian, faktor emisi yang digunakan harus spesifik untuk lokasi di mana pembangkit energi terbarukan berada.
3. Hitung offset karbon
Jumlah karbon yang dihindari oleh pembangkit energi terbarukan kira-kira sama dengan karbon yang dipancarkan oleh pembangkit energi rata-rata lokasi dengan kapasitas produksi yang sama. Jadi, untuk menghitung offset karbon, kapasitas pembangkit terbarukan dikalikan dengan faktor emisi. Nilai tersebut dapat dikalikan dengan perkiraan masa pakai fasilitas untuk mendapatkan total offset karbon seumur hidup.
4. Sesuaikan perhitungan
Beberapa faktor harus dipertimbangkan untuk mendapatkan nilai offset karbon yang realistis. Meskipun pembangkit terbarukan akan menghasilkan pengurangan bersih emisi karbon, manufaktur dan pemasangan tetap menghasilkan karbon. Selain itu, mereka mungkin tidak menggantikan tenaga batu bara 100% dari waktu, sehingga mereka tidak terus-menerus mengimbangi emisi. Faktor emisi jaringan lokal juga dapat berubah seiring waktu, terutama dengan transisi energi yang sedang berlangsung.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang menghitung penghindaran emisi, Anda dapat mencari dokumen Methodology for GHG Emission Avoidance Calculation dari EU Grants.
Mari ciptakan solusi iklim yang berdampak bersama. Kunjungi halaman kami untuk mempelajari lebih lanjut.
Referensi:
[1] Kuga Energy (2023). How do you calculate your green credits? [online] Kuga Energy. Available at: https://www.13kuga.com.au/how-do-you-calculate-your-green-credits/ [Accessed 7 Feb. 2025].
[2] Tachev, V. (2024). Renewable Energy in Indonesia – Current State, Opportunities and Challenges. [online] Energy Tracker Asia. Available at: https://energytracker.asia/renewable-energy-in-indonesia/ [Accessed 7 Feb. 2025].
[3] Utomo, Y.W. (2025). Perdagangan Karbon Internasional di IDX: Baru 1 dari Energi Terbarukan. [online] Kompas. Available at: https://lestari.kompas.com/read/2025/01/14/173324086/perdagangan-karbon-internasional-di-idx-baru-1-dari-energi-terbarukan?page=all.